HARAPAN ORANG TUA
Orang-orang
biasa memanggilnya dengan panggilan Cello. Nama lengkapnya adalah Marcello
Saputra. Dia adalah anak tunggal. Cello sekarang duduk di kelas 6 SD di Kota
Malang. Cello memiliki sifat yang manja, karena ia terbiasa selalu diberikan
apa yang ia inginkan oleh orang tuanya. Cello cenderung pemalas, sombong, dan
pilih-pilih teman. Ia mau berteman hanya dengan temannya yang memiliki status
sosial yang sama dengan dirinya.
Pada suatu
pagi Cello berangkat sekolah diantarkan oleh ayahnya dengan mengendarai mobil.
Ayah Cello adalah seorang pengusaha. Ia sangat saying pada Cello karena Cello
adalah anak tunggal. Ayah Cello sangat mengharapkan agar Cello bisa melanjutkan
usaha ayahnya agar bisa berkembang lebih besar lagi. Saat Cello turun dari
mobil ayahnya ia melihat temannya yang bernama Arman sedang mengendarai
sepedanya dengan memaba kotak besar yang berisi kue yang biasanya ia jual di
kantin sekolah. Arman adalah teman satu
kelas Cello, mereka memiliki perbedaan prestasi yang sangat jauh. Arman anak
yang pandai dan rajin. Sedangkan Cello bandel, pemalas, dan jail. Saat melihat
Arman itulah muncul kejailan Cello untuk mengerjai Arman. Ketika Arman
melintas, dengan sengaja Cello melempar Arman dengan batu kerikil yang ada di
depannya. Arman kaget dan dia pun terjatuh dari sepedanya dan kue yang
seharusnya ia jual hari ini jatuh berserakan di tanah. Cello tertawa melihat
Arman yang bingung membereskan kue-kue yang jatuh berserakan dan membersihkan
bajunya yang kotor.
Beberapa
saat kemudian Bu Dian wali kelas 6 mengetahui kejadian tersebut dan menghampiri
Cello dan Arman. Bu Dian merasa iba melihat Arman yang sedih karena kue
dagangannya hari ini tidak bisa untuk ia jual. Bu Dian menegur Cello dan
memerintahkan agar Cello meminta maaf kepada Arman. Ketika diperintah untuk
meminta maaf pada Arman, Cello malah berlali sambil berteriak “Aku tidak mau
minta maaf sama Arman, Buuu….” Bu Dian hanya menggelengkan kepala melihat sikap
Cello yang sangat tidak patut untuk ditiru itu. Arman berjalan menuju kelas
bersama dengan Bu Dian. Kemudian Bu Dian menghampiri tempat duduk Cello dan
menegurnya, bahwa perbuatan yang ia lakukan tadi kepada Cello adalah perbuatan
yang tercela dan tidak baik. Maka mau tidak mau Cello harus meminta maaf pada
Arman. Pada akhirnya Cello mau meminta maaf pada Arman, meskipun hanya berlaku
pada saat itu saja.
Hari
selanjutnya kejailan Cello muncul lagi. Cello menyembunyikan tas milik Arman.
Arman pun melaporkan perbuatan Cello pada Bu Dian. Akhirnya Bu Dian bertindak
tegas untuk memanggil orang tua Cello untuk dating ke sekolah.
Keesokan
harinya seperti biasa Ayah Cello mengantarkan Cello pergi ke sekolah sekaligus
untuk menghadiri undangan dari wali kelas Cello. Bu Dian memberitahukan
perilaku Cello kepada ayahnya, bahwa Cello sangat bandel dan sering menjaili
teman-temannya terutaman Arman yang sering menjadi korban kejailan Cello. Arman
sering menangis karena kue yang biasanya ia jual sering menjadi sasaran
kenakalan Cello hingga pada akhirnya Arman tidak bisa menjual kue-kuenya. Ayah
Cello sangat kaget mendengar semua yang disampaikan oleh Bu Dian. Raut wajah
ayah Cello yang pada awalnya terlihat berwibawa, santai, dan murah senyum kini
berubah menjadi merah menahan marah. Akhirnya ayah Cello meminta tolong Bu Dian
agar bisa dipertemukan dengan Arman. Arman pun dipanggil ke ruang guru dan
bertemu dengan ayah Cello. Ayah Cello tersenyum kepada Arman dan meminta maaf
atas semua kenakalan Cello yang diperbuat selama ini kepada Arman. Ayah Cello
juga memberikan beberapa uang kepada Arman untuk mengganti kerugian yang selama
ini dialami oleh Arman.
Ketika
sampai di rumah, ayah Arman tidak bisa menahan emosi dan Cello dimarahi oleh
ayahnya. Sebagai hukuman atas semua kenakalan yang dilakukan oleh Cello, Cello
dilarang keluyuran tanpa seizing ayahnya. Di sisi lain Cello akan segera
menjalani Ujian Nasional. Arman diundang ke rumah Cello diminta untuk mengajari
Cello dalam hal mata pelajaran. Karena Arman anak yang baik, rajin, dan pandai
ayah Cello percaya kepada Arman bahwa ia bisa mengajak Cello untuk menjadi anak
yang baik seperti dirinya. Lambat laun Arman dan Cello semakin akrab, mereka
selalu belajar bersama untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian.
Waktu
ujian telah tiba. Arman telah siap menghadapinya, sedangkan Cello terlihat
tidak yakin bahwa ia akan bisa melewati ujian ini dan menghasilkan nilai yang
memuaskan. Arman pun menasehati Cello, bahwa Cello harus yakin bisa dan mampu,
karena hasil tidak akan menghianati usaha yang selama ini dilakukan oleh Cello
yaitu belajar bersama setiap hari dengan Arman.
Saat pengumuman hasil ujian, Cello
merasa gembira sekali karena ia lulus dengan nilai yang bagus. Dan ia
mengucapkan banyak terimakasih pada Arman. Pada akhirnya Cello dan Arman
menjadi sahabat hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar