Rabu, 06 April 2016

KARYA SASTRA ANAK

HARAPAN ORANG TUA




  

             Orang-orang biasa memanggilnya dengan panggilan Cello. Nama lengkapnya adalah Marcello Saputra. Dia adalah anak tunggal. Cello sekarang duduk di kelas 6 SD di Kota Malang. Cello memiliki sifat yang manja, karena ia terbiasa selalu diberikan apa yang ia inginkan oleh orang tuanya. Cello cenderung pemalas, sombong, dan pilih-pilih teman. Ia mau berteman hanya dengan temannya yang memiliki status sosial yang sama dengan dirinya.
             Pada suatu pagi Cello berangkat sekolah diantarkan oleh ayahnya dengan mengendarai mobil. Ayah Cello adalah seorang pengusaha. Ia sangat saying pada Cello karena Cello adalah anak tunggal. Ayah Cello sangat mengharapkan agar Cello bisa melanjutkan usaha ayahnya agar bisa berkembang lebih besar lagi. Saat Cello turun dari mobil ayahnya ia melihat temannya yang bernama Arman sedang mengendarai sepedanya dengan memaba kotak besar yang berisi kue yang biasanya ia jual di kantin sekolah.  Arman adalah teman satu kelas Cello, mereka memiliki perbedaan prestasi yang sangat jauh. Arman anak yang pandai dan rajin. Sedangkan Cello bandel, pemalas, dan jail. Saat melihat Arman itulah muncul kejailan Cello untuk mengerjai Arman. Ketika Arman melintas, dengan sengaja Cello melempar Arman dengan batu kerikil yang ada di depannya. Arman kaget dan dia pun terjatuh dari sepedanya dan kue yang seharusnya ia jual hari ini jatuh berserakan di tanah. Cello tertawa melihat Arman yang bingung membereskan kue-kue yang jatuh berserakan dan membersihkan bajunya yang kotor. 
             Beberapa saat kemudian Bu Dian wali kelas 6 mengetahui kejadian tersebut dan menghampiri Cello dan Arman. Bu Dian merasa iba melihat Arman yang sedih karena kue dagangannya hari ini tidak bisa untuk ia jual. Bu Dian menegur Cello dan memerintahkan agar Cello meminta maaf kepada Arman. Ketika diperintah untuk meminta maaf pada Arman, Cello malah berlali sambil berteriak “Aku tidak mau minta maaf sama Arman, Buuu….” Bu Dian hanya menggelengkan kepala melihat sikap Cello yang sangat tidak patut untuk ditiru itu. Arman berjalan menuju kelas bersama dengan Bu Dian. Kemudian Bu Dian menghampiri tempat duduk Cello dan menegurnya, bahwa perbuatan yang ia lakukan tadi kepada Cello adalah perbuatan yang tercela dan tidak baik. Maka mau tidak mau Cello harus meminta maaf pada Arman. Pada akhirnya Cello mau meminta maaf pada Arman, meskipun hanya berlaku pada saat itu saja.
             Hari selanjutnya kejailan Cello muncul lagi. Cello menyembunyikan tas milik Arman. Arman pun melaporkan perbuatan Cello pada Bu Dian. Akhirnya Bu Dian bertindak tegas untuk memanggil orang tua Cello untuk dating ke sekolah.
             Keesokan harinya seperti biasa Ayah Cello mengantarkan Cello pergi ke sekolah sekaligus untuk menghadiri undangan dari wali kelas Cello. Bu Dian memberitahukan perilaku Cello kepada ayahnya, bahwa Cello sangat bandel dan sering menjaili teman-temannya terutaman Arman yang sering menjadi korban kejailan Cello. Arman sering menangis karena kue yang biasanya ia jual sering menjadi sasaran kenakalan Cello hingga pada akhirnya Arman tidak bisa menjual kue-kuenya. Ayah Cello sangat kaget mendengar semua yang disampaikan oleh Bu Dian. Raut wajah ayah Cello yang pada awalnya terlihat berwibawa, santai, dan murah senyum kini berubah menjadi merah menahan marah. Akhirnya ayah Cello meminta tolong Bu Dian agar bisa dipertemukan dengan Arman. Arman pun dipanggil ke ruang guru dan bertemu dengan ayah Cello. Ayah Cello tersenyum kepada Arman dan meminta maaf atas semua kenakalan Cello yang diperbuat selama ini kepada Arman. Ayah Cello juga memberikan beberapa uang kepada Arman untuk mengganti kerugian yang selama ini dialami oleh Arman.
             Ketika sampai di rumah, ayah Arman tidak bisa menahan emosi dan Cello dimarahi oleh ayahnya. Sebagai hukuman atas semua kenakalan yang dilakukan oleh Cello, Cello dilarang keluyuran tanpa seizing ayahnya. Di sisi lain Cello akan segera menjalani Ujian Nasional. Arman diundang ke rumah Cello diminta untuk mengajari Cello dalam hal mata pelajaran. Karena Arman anak yang baik, rajin, dan pandai ayah Cello percaya kepada Arman bahwa ia bisa mengajak Cello untuk menjadi anak yang baik seperti dirinya. Lambat laun Arman dan Cello semakin akrab, mereka selalu belajar bersama untuk mempersiapkan diri menghadapi Ujian.
             Waktu ujian telah tiba. Arman telah siap menghadapinya, sedangkan Cello terlihat tidak yakin bahwa ia akan bisa melewati ujian ini dan menghasilkan nilai yang memuaskan. Arman pun menasehati Cello, bahwa Cello harus yakin bisa dan mampu, karena hasil tidak akan menghianati usaha yang selama ini dilakukan oleh Cello yaitu belajar bersama setiap hari dengan Arman.
Saat pengumuman hasil ujian, Cello merasa gembira sekali karena ia lulus dengan nilai yang bagus. Dan ia mengucapkan banyak terimakasih pada Arman. Pada akhirnya Cello dan Arman menjadi sahabat hingga sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar